SURABAYA – Setelah berperang dengan Rusia hampir enam bulan, Ukraina sedang di atas angin. Itulah yang disampaikan oleh Radityo Dharmaputra SHubInt MHubInt RCEES IntM MA pada Jumat (16/9/2022).
Ukraina memang baru-baru ini memukul mundur pasukan Rusia. Pengamat politik Eropa Timur itu menyebutkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak bisa memobilisasi warga sipil untuk berperang.
“Putin sampai detik ini tidak mau memobilisasi massa dalam jumlah banyak. Tidak mau mengakui kalau ini perang, ” ujarnya. Masyarakat Rusia sampai saat ini hanya mengetahui bahwa yang terjadi di Ukraina adalah “operasi spesial” dan bukan perang.
Karena hal ini, Putin hanya bisa mengerahkan kekuatan militer. Padahal, saat ini Rusia kesulitan menambah jumlah personil dan peralatan militer.
Baca juga:
10 Orang Terkaya di Dunia versi Forbes
|
“Rusia tidak membayangkan Ukraina bertahan seberani dan sekuat sekarang, ” tutur dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu.
Saat ini, lanjut Radityo, Putin sedang dilanda dilema. Ia memiliki dua pilihan, mundur menarik pasukan atau maju eskalasi konflik. “Kalau mundur, dia harus mengakui operasi spesialnya gagal. Cengkeraman politik domestik (Putin, red) berkurang, ” jelas Radityo.
Di sisi lain, jika Putin memutuskan untuk maju, ia harus mengatakan bahwa ini adalah perang, sedangkan masyarakat Rusia belum tentu akan mendukung langkah tersebut. “Itu akan menjadi isu yang sangat berbeda. Dukungan masyarakatnya belum tentu ada, ” ujar alumnus University of Glasgow ini.
Radityo juga menyatakan bahwa Rusia tidak memiliki opsi untuk mundur. “Sejak awal ketika memutuskan untuk perang, opsinya adalah menang.”
Kerugian Rusia
Setelah enam bulan berperang, Rusia juga dinilai tidak mendapatkan keuntungan signifikan. Sebaliknya, Rusia mendapatkan sanksi dari berbagai negara karena perilakunya. “Aku nggak bisa lihat mereka gaining something out of this, ” jelas Radityo.
Sebaliknya, Ukraina cukup diuntungkan dengan keputusan Rusia untuk berperang. Serangan Rusia justru menjadi momentum menyatukan masyarakat Ukraina. Selain itu, popularitas Zelensky sebagai presiden Ukraina juga naik dengan adanya perang ini.
“Sebelum perang, dia (Zelensky) tidak sepopuler itu.”
Karena perang itu pula, niat Ukraina untuk merapat dengan Uni Eropa dan NATO menguat. “Sulit membayangkan Ukraina akan kembali menjadi Ukraina yang dulu.”
Penulis: Ghulam Phasa P
Editor: Khefti Al Mawalia